Terori jarum sunti kinisangat
berpengaruh besar dalam kehidupan media padazamannya.Pasalnya teori yang di
anggap tidak lazim ini malah menjadi teori yang menggemparkan
Indonesia.Teorinyabegini sang kemonikator di ibaratkanpendorong di suntikan.
Pesan yang di sampaikan adalah suntikan itu sendiri. Pasti berpengaruh pada
yang menerima suntikan tersebut, tampa terkecuali, yaituefek yang sangat besar
yang dapat merubah pemahaman mereka. Dan ada juga menyebutkan teori peluru,
sebenarnya sama, bedanya terpadat bentuk pengirimanya saja. Teori peluru di
ibaratkan sebagai peluru sedangkan teori jarum suntik di ibarakan sebagai jarum
suntik.
Kita lihat pada zaman sekarang, teori sangat berpengaruh
dalam penyampaian media masa, misalkan dalam sebuah iklan yang mana iklan
tersebut mengajak kepada sang penonton untuk memakai produknya, dan dipakailah
sebuah medol yang akhirnya bias menarik peminat sang konsumen untuk memakai
produknya.
Kita kembali pada asal mula media
massa,dalam sejarahnya pernah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam
mempengaruhi seseorang, mulai dari proses kognitif hingga menuntun perilaku
kita. Tapi hal ini terjadi pada jaman perang, dimana penguasa menjadikan media
massa sebagai alat propaganda untuk menakuti musuh dan menciptakan loyalitas
rakyat untuk mendukung kebijakan penguasa. Model komunikasi massa yang berlaku
pada saat itu adalah model linear, yaitu komunikator menyebarluaskan pesan
melalui media massa, yang ditujukan pada khalayak.
Sebenarnya, model komunikasi massa
seperti ini masih berlaku hingga saatini. Hanya berbeda pada konsep
karakteristik khalayak.Pada waktu itu, khalayak dianggap hanya sekumpulan orang
(rakyat) yang homogendan ‘tidakberdaya’.Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan
pada mereka akan selalu diterima. Fenomena ini kemudian melahirkan teori yang
dalam ilmukomunikasi dikenal dengan teorijarum suntik.Ini lah teori yang
menganggap media massa memiliki kemampuan powerful dalam mempengaruhi seseorang.
Ketidak berdayaan rakyat sebagai
khalayak memang disengaja. Kolaborasi penguasa dengan media massa mendesain
pesan sedemikian rupa dikenal dengan teori agenda setting, sebelum disampai kan
pada masyarakat. Hanya informasi yang menguntungkan pemerintah saja yang bias
disiarkan lewat media.Informasi yang bertentangan dengan kepentingan penguasa,
walaupun benar, akan dibuang. Masyarakat juga tidak mendapatkan alternative
sumber informasi, karena pada waktu itu media massa yang hidup hanya media yang
bias berkolaborasi dengan pemerintah atau yang di ciptakan oleh pemerintah (dan
berarti pula segala konsekuensi biayanya ditanggung oleh pemerintah).
Seiring dengan berakhirnya perang,
pandangan atau teori jarum suntik mulai ditinggalkan. Paradigma media massa seperti
ini hanya bertahan di beberapa Negara otoriter. Di Amerika Serikat dan
negara-negara penganut liberalism dan kapitalisme, teori jarum suntik sudah
sangat lama ditinggalkan. Sebab dalam kenyataannya, khalayak ternyata tidak
homogeny dan terdiri atas individu-individu yang bebas.
Oleh karena itu, model hubungan media
massa dengan khalayak yang berkembang kemudian adalah model display – attention
(pameran – perhatian). Di Indonesia, trend media massa sedang dalam
masatransasi ke arah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar